seperti kambium, guratan-guratan ini tanda usia beranjak tua. tak perlu tutupi dengan pupur di muka. sayang, taman begini ini cuma kita yang punya. yang kata orang penuh derita, tapi tidak bagi kita. kita hanya kenal bahagia, bukan kaya atau agama. meski orang banyak berkata, "hai, orang gila!"
jika saja mereka, kita. ladang begini ini mereka inginkan juga. sayang, mereka bukan kita. ya.... senyum saja. mereka hanya tak tahu saja. menyebut kita gila, agar mudah saja bagi mereka.
dari flat-flat tinggi, mereka meneropong kita. mungkin bingung, melihat kita sedang apa. mungkin juga risih, karena kumalnya kita. sedangkan kita bertetangga. ah.... tak baik, bersangka-sangka, kecuali bangga yang kita punya. ya.... begitulah.... berbanding saja yang nalar bisa. seakan segala terbagi dua.
sayang, mari kita buat cerita. untuk anak-anak kita. tapi, jangan fabel atau dongeng yang sederhana. jangan kisah yang segalanya terbagi dua. buat saja seperti ramayana atau mahabarata. mmmm.... bahan-bahannya, kita racik saja dari sekitar kita. tentang ladang, taman dan gubuk yang kita punya. tentang bagaimana kita merawatnya. tentang kedirian kita. ah.... tentang segala-gala yang buat kita bangga. biar lepas kita tertawa. biar lega, ketika kita tiada. jadikan saja cerita, sebagai dokumentasi dari monumen kita. ah..... apapun itu bahasanya....
mari mulai cerita kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar