21 Februari 2009

kubangan menggunduk

Kalaupun kau kuras lumpur itu dari danau, kau akan pindahkan ke mana lumpur itu?
Kawan, apakah kau buat gundukan lumpur hanya agar kita berkumpul?
Sungguh mulia niatanmu untuk kita, Kawan. Tapi apa kata orang selain kita nanti?
Bukankah mereka justru akan mencemooh kita?

Kita bisa bercanda di mana saja, Kawan. Sekalipun tanpa nyala unggun, kita masih bisa berbagi api untuk sekedar menyambung asap. Semacam euthanasia perlahan yang menyenangkan, bukan? Tertawa kita sambil mengisap racun. Sekalipun sakit karenanya, setidaknya kita masih bisa berbagi rejeki pada sesama manusia.

Untuk itu, apakah ada kata selesai? Siapa yang mau menolak kebahagiaan? Bukankah kita sudah sama-sama tahu tentang kisah ribuan tahun umat manusia yang mencari kebahagiaan dalam berbagai rupa? Kita sekedar melanjutkan kisah mereka saja, Kawan. Api itu sudah berkobar, kita hanya tinggal menjaganya sambil menikmati asapnya. Yang kadang membuat pedih, yang kadang membuat perih. Tapi juga membuat kita terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar